Handy Marciano
Sabtu, 21 Juli 2012
Rabu, 13 Juni 2012
UPAYA MENINGKATKAN KESGARAN JASMANI MELALUI PENDEKATAN BERMAIN DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI DI SEKOLAH DASAR
BAB
I
PENDAHULUAN
- Latar belakang masalah
Pendidikan
jasmani pada dasarnya merupakan bagian integral dari sistem pendidikan secara
keseluruhan. Oleh karena itu, pelaksanaan pendidikan jasmani harus diarahkan
pada pencapaian tujuan tersebut. Tujuan pendidikan jasmani bukan hanya
mengembangkan ranah jasmani, tetapi juga mengembangkan aspek kesehatan,
kebugaran jasmani, keterampilan berfikir kritis, stabilitas emosional,
keterampilan sosial, penalaran dan tindakan moral melalui kegiatan aktivitas
jasmani dan olah raga.
Pendidikan jasmani merupakan media
untuk mendorong perkembangan motorik, kemampuan fisik, pengetahuan dan
penalaran, penghayatan nilai-nilai (sikap-mental-emosional-spritual-dan
sosial), serta pembiasan pola hidup sehat yang bermuara untuk merangsang
pertumbuhan dan perkembangan yang seimbang.
Pendidikan
jasmani memiliki peran yang sangat penting dalam mengintensifkan
penyelenggaraan pendidikan sebagai suatu proses pembinaan manusia yang
berlangsung seumur hidup. Pendidikan jasmani memberikan kesempatan pada siswa
untuk terlibat langsung dalam aneka pengalaman belajar melalui aktivitas
jasmani, bermain, dan berolahraga yang dilakukan secara sistematis, terarah dan
terencana. Pembekalan pengalaman belajar itu diarahkan untuk membina, sekaligus
membentuk gaya hidup sehat dan aktif sepanjang hayat.
Dalam
proses pembelajaran pendidikan jasmani guru harus dapat mengajarkan berbagai
keterampilan gerak dasar, teknik dan strategi permainan / olahraga,
internalisasi nilai-nilai (sportifitas, jujur kerjasama, dan lain-lain) dari
pembiasaan pola hidup sehat. Pelaksanaannya bukan melalui pengajaran
konvensional di dalam kelas yang bersifat kajian teoritis, namun melibatkan
unsur fisik mental, intelektual, emosional dan sosial. Aktivitas yang diberikan
dalam pengajaran harus mendapatkan sentuhan dikdakdik-metodik, sehingga
aktivitas yang dilakukan dapat mencapai tujuan pengajaran. Melalui pendidikan
jasmani diharapkan siswa dapat memperoleh berbagai pengalaman untuk
mengungkapkan kesan pribadi yang menyenangkan, kreatif, inovatif, terampil,
meningkatkan dan memeliharan kesegaran jasmani serta pemahaman terhadap gerak
manusia.
Adanya
ruang lingkup mata pelajaran pendidikan jasmani dalam kurikulum 2004 untuk
jenjang SD/MI, SMP/MTs, dan SMA MA sebenarnya sangat membantu pengajar
pendidikan jasmani dalam mempersiapkan, melaksanakan dan mengevaluasi kegiatan
siswa. Adapun ruang lingkup pendidikan jasmani meliputi aspek permainan dan
olahraga, aktivitas pengembangan, uji diri / senam, aktivitas ritmik, aktivitas
ritmik,akuatik(aktivitasair)danpendidikanluarkelas sesuai dengan karakteristik
siswa SD, usia 6-12 tahun kebanyakan dari mereka cenderung suka bermain. Untuk
itu guru harus mampu mengembangkan pembelajaran yang efektif, disamping harus
memahami dan memperhatikan karakteristik dan kebutuhan siswa. Pada masa usia
tersebut seluruh aspek perkembangan manusia baik itu kognitif, psikomotorik dan
afektif mengalami perubahan. Perubahan yang paling mencolok adalah pertumbuhan
dan perkembangan fisik dan psikologis.
Agar
standar kompetensi pembelajaran pendidikan jasmani dapat terlaksana sesuai
dengan pedoman, maksud dan juga tujuan sebagaimana yang ada dalam kurikulum,
maka guru pendidikan jasmani harus mampu membuat pembelajaran yang efektif dan
menyenangkan. Untuk itu perlu adanya pendekatan, variasi maupun modifikasi
dalam pembelajaran.
B. Rumusan
Masalah
Masalah dalam penelitian ini dapat
dirumuskan sebagai berikut :
1. Mengetahui perbedaan tingkat
kesegaran jasmani siswa yang diajar dengan model pembelajaran dengan pendekatan
bermain dalam pendidikan jasmani.
2. Untuk mengetahui seberapa besar
perbedaan tingkat kesegaran jasmani siswa yang diajar dengan model pembelajaran
dengan pendekatan bermain dalam pendidikan jasmani.
C. Tujuan
penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan
dapat bermanfaat bagi berbagai pihak yaitu :
1. Guru
Untuk
meningkatkan kualitas mengajar dan mencoba menerapkan model pembelajaran
sebagai inovasi baru dalam proses pembelajaran.
2. Siswa
Dengan
banyaknya model pembelajaran mereka mendapatkan banyak variasi dalam
pembelajaran. Selain itu siswa dapat belajar sambil bermain
3. Sekolah
Hasil
penelitian ini dapat dijadikan pertimbangan sekolah untuk mengembangkan model
pembelajaran.
BAB II
PEMBAHASAN
- Deskripsi Teoritis
Teori-teori
tentang upaya meningkatkan kebugaran tubuh telah banyak dikemukakan oleh para
pakar. Dalam hubungannya dengan penelitian ini, penulis mencoba menggunakan
model pembelajaran beraktivitas jasmani sambil bermain. Aktivitas ini merupakan
salah satu metode yang tepat dimana keaktifan dan keterlibatan siswa dalam
proses pembelajaran sekalipun sambil bermain mereka sudah melaksanakan kegiatan
jasmani sebagai upaya untuk menjaga kebugaran tubuh. Hal ini sangat bagus untuk
melatih kemampuan kognitif, psikomotorik dan afektif siswa. Dari judul tersebut
diatas dapat dikemukakan bahwa model pembelajaran dengan pendekatan bermain
merupakan variabel bebas (independent variable), sedangkan tingkat kesegaran
jasmani siswa sebagai variabel terikat (dependent variable).
1.
pendidikan
jasmani
Pendidikan
jasmani adalah suatu proses pembelajaran melalui aktivitas jasmani yang
didesain untuk meningkatkan kebugaran jasmani, mengembangkan keterampilan
motorik, pengetahuan dan perilaku hidup sehat dan aktif, sikap sportif, dan
kecerdasan emosi. Lingkungan belajar diatur secara seksama untuk meningkatkan
pertumbuhan dan perkembangan seluruh ranah, jasmani, psikomotor, kognitif dan
afektif setiap siswa. Pengalaman yang disajikan akan membantu siswa untuk
memahami mengapa manusia bergerak dan bagaimana cara melakukan gerakan secara
aman, efisien, dan efektif.
Dari
banyak pendapat tentang pengertian pendidikan jasmani, dapat disimpulkan
pendidikan jasmani adalah proses pendidikan yang memanfaatkan aktivitas jasmani
yang direncanakan secara sistematik diarahkan untuk mengembangkan dan
meningkatkan individu secara organik, neuromuskuler, perseptual, kognitif, dan
emosional dalam kerangka sistem pendidikan nasional.
2.
Materi
Pendidikan jasmani
Struktur
materi pendidikan jasmani dikembangkan dan disusun dengan menggunakan model
kurikulum kebugaran jasmani dan pendidikan olahraga. Asumsi yang digunakan oleh
kedua model ini adalah untuk menciptakan gaya hidup sehat dan aktif, manusia
perlu memahami hakikat kebugaran jasmani dengan menggunakan resep latihan yang
benar.
Materi
pendidikan jasmani SD merupakan dasar dari materi yang akan dilanjutkan dan di
kembangkan di SMP/MTs dan dilanjutkan di SMA. Materi pembelajaran untuk kelas
VI SD meliputi keterampilan dasar olahraga, kesegaran jasmani, dan pembentukan
sikap dan perilaku untuk membentuk kecakapan hidup personal.
3.
karakteristik
pendidikan jasmani
Pendidikan
Jasmani merupakan salah satu mata pelajaran yang ada di sekolah dasar, yang
mempelajari dan mengkaji gerak manusia secara interdisipliner. Gerak manusia
adalah aktivitas jasmani yang dilakukan secara sadar untuk meningkatkan
kebugaran jasmani dan keterampilan motorik, mengembangkan sikap dan perilaku
agar terbentuk gaya hidup yang aktif. Aktivitas jasmani yang dilakukan berupa aktivitas
bermain, permainan, dan olahraga.
4.
Model
pembelajaran dengan pendekatan bermain
Pendekatan
bermain adalah salah satu bentuk dari sebuah pembelajaran jasmani yang dapat
diberikan di segala jenjang pendidikan. Hanya saja, porsi dan bentuk pendekatan
bermain yang akan diberikan, harus disesuaikan dengan aspek yang ada dalam
kurikulum. Selain itu harus dipertimbangkan juga faktor usia, perkembangan
fisik, dan jenjang pendidikan yang sedang dijalani oleh mereka.
Model
pembelajaran dengan pendekatan bermain erat kaitannya dengan perkembangan
imajinasi perilaku yang sedang bermain, karena melalui daya imajinasi, maka
permainan yang akan berlangsung akan jauh lebih meriah. Oleh karena itu sebelum
melakukan kegiatan, maka guru pendidikan jasmani, sebaiknya memberikan
penjelasan terlebih dahulu kepada siswanya majinasi tentang permainan yang akan
dilakukannya.
5.
kesegaran
jasmani
Kesegaran
jasmani adalah keadaan atau kemampuan seseorang untuk melakukan aktivitas atau
tugas-tugasnya sehari-hari dengan mudah tanpa mengalami kelelahan yang berarti
dan masih mempunyai siswa atau cadangan tenaga untuk menikmati waktu
senggangnya untuk keperluan-keperluan lainnya.
Komponen
atau faktor kesegaran jasmani dan komponen kesegaran motorik merupakan satu
kesatuan utuh dari komponen kondisi fisik. Agar seseorang dapat dikategorikan
kondisi fisiknya baik, maka status komponen-komponennya harus berada dalam
kondisi baik pula. Adapun komponen atau faktor jasmani adalah : kekuatan, daya
tahan kelenturan.
B. Rancangan
Penelitian
Metode penelitian yang digunakan
dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas. Dengan penelitian
tindakan kelas peneliti dapat mencermati suatu obyek dalam hal ini siswa,
menggunakan pendekatan atau model pembelajaran tertentu untuk meningkatkan tingkat
kesegaran jasmani siswa. Melalui tindakan yang sengaja dilakukan yang bertujuan
untuk meningkatkan kesegaran jasmani dalam bentuk rangkaian siklus kegiatan.
Dengan demikian perkembangan dalam setiap kegiatan dapat terpantau
- Perencanaan tindakan
- Membuat rancangan pembelajaran langsung dengan mengunakan pembelajaran bermain.
- Mempersiapkan fasilitas dan sarana pendukung.
- Mempersiapkan alat pengumpul data seperti lembar observasi dan tes.
- Melakukkan simulasi pelaksanaan tindakan kelas.
- Tindakan
Pelaksanaan
tindakan perbaikan ini merupakan kegiatan pokok dalam penelitian tindakan
kelas. Penelitian ini dilaksanakan dalam 2 siklus. Dalam kegiatan siklus yang
pertama penulis melaksanakan kegiatan yang menarik dan menyenangkan yaitu
kegiatan olahraga tradisional. Dalam siklus kedua dicobakan untuk aspek yang
lain yaitu aspek aktivitas ritmik. Bentuk kegiatannya pun sama seperti pada
siklus I, hanya bedanya kegiatan ini dilaksanakan di dalam ruangan. Hal ini
sambil memantau semangat mereka dalam beraktivitas selama dilapangan ataupun
dalam ruangan.
- observasi
pada
tahapan ini, proses observasi terhadap pelaksanaan penelitian tindakan kelas
mengunakan lembar observasi serta melakukkan evaluasi terhadap kegiatan yang
telah dilakukkan.
- Refleksi
Hasil
yang diperoleh pada tahap observasi dikumpulkan dan dianalisis dari hasil
tersebut, guru akan merefleksikan diri dengan melihat data hasil observasi
apakah kegiatan telah dilakukkan sudah dapat meningkatkan kesegaran jasmani.
Hasil analis data yang diperoleh dijadikan sebagai acuan untuk melakukkan atau
melaksanakan tahapan siklus berikutnya.
BAB III
PENUTUP
Demikian makalah tentang upaya
meningkatkan
kesegaran
jasmani melalui pendekatan bermain dalam pembelajaran pendidikan jasmani di
sekolah dasar saya buat, semoga dapat bermanfaat bagi kita semua.
Kesimpulan
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan banyak sekali hal-hal yang dapat mempengaruhi tingkat kesegaran jasmani seseorang, salah satunya yaitu melalui aktifitas jasmani.
Kesimpulan
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan banyak sekali hal-hal yang dapat mempengaruhi tingkat kesegaran jasmani seseorang, salah satunya yaitu melalui aktifitas jasmani.
Pendidikan jasmani dapat digunakan
sebagai bentuk kegiatan siswa dalam upaya menjaga dan sekaligus meningkatkan
tingkat kesegaran jasmani.
Dengan
mempertimbangkan karakter dan perkembangan siswa guru harus dapat merencanakan
dengan matang proses pembelajaran. Dalam membuat perencanaan tersebut guru bisa
menggunakan pendekatan, teknik, metode ataupun model pembelajaran.
Saran
Dari uraian di atas hipotesis
penelitiannya adalah melalui pembelajaran dengan pendekatan bermain dalam
pendidikan jasmani tingkat kesegaran jasmani siswa dapat meningkat.
DAFTAR
PUSTAKA
Arikunto, S. 2008. Penelitian Tindakan Kelas.
Jakarta : Bumi Aksara.
Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian.
Jakarta : Rineka Cipta.
Wardani I.G.A.K, Dkk. 2004. Penelitian Tindakan Kelas.
Jakarta: Universitas Terbuka
Rabu, 06 Juni 2012
PTK : UPAYA MENINGKATKAN TEKHNIK PASSING BAWAH DALAM PERMAINAN BOLA VOLLY PADA SISWI
BAB
I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pelaksanaan pendidikan jasmani dan olahraga merupakan sebuah investasi jangka panjang dalam upaya peningkatan mutu sumber daya manusia Indonesia, hasil yang diharapkan itu akan dapat dicapai dalam waktu cukup lama. Oleh karena itu, jasmani dan olahraga terus ditingkatkan dan dilakukan dengan kesabaran dan keikhlasan. Hal ini tentu diperlukan suatu tindakan yang mendukung terciptannya pembelajaran yang kondusif.
Pengamatan terhadap pelaksanaan proses pembelajaran permainan Bola Voli di beberapa sekolah, menunjukkan bahwa banyak ditemukan masalah, kurangnya penguasaan ketampilan tehnik, maka perlu diajarkan secara mendalam tentang tehnik dasar permainan bola voli.
Sehubungan dengan masalah itu terutama Passing, anak didik perlu diajarkan macam-macam Passsing. Sesuai dengan perkembangannya, Passing dalam permainan bola voli dikenal ada tiga, yaitu:Passing Bawah, Passing Samping, dan Passing Atas, akan tetapi Passing Bawah yang memiliki tingkat kesulitan yang tinggi ( menurut Bainil ).
Berdasarkan dari hal itu penulis tertarik untuk mengadakan penelitian tentang “ Upaya Mengatasi Kesulitan pada Passing Bawah “, karena pada hal ini sangat penting dicari solusinya.
B. Rumusan Masalah
Untuk membatasi ruang lingkup penelitian, maka penulis membuat masalah yang akan dibahas pada laporan ini dibatasi beberapa rumusan masalah antara lain sebagai berikut :
1. Faktor apakah yang menyebabkan anak kesulitan melakukan Passing Bawah ?
2. Bagaimana cara mengatasi kesulitan anak melakukan Passing Bawah pada permainan bola voli di kelas V SD Negeri 05 Baruga?
C.
Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui bagaimana kondisi pengajaran Passing Bawah bola voli di kelas
2. Mengetahui faktor – faktor yang menghambat penguasaan Passing Bawah bola voli yang baik dan benar pada siswa.
3. Mencari cara mengatasi masalah yang dihadapi siswa.
4. Memperoleh pengalaman dalam menyelenggarakan penelitian sederhana.
1. Untuk mengetahui bagaimana kondisi pengajaran Passing Bawah bola voli di kelas
2. Mengetahui faktor – faktor yang menghambat penguasaan Passing Bawah bola voli yang baik dan benar pada siswa.
3. Mencari cara mengatasi masalah yang dihadapi siswa.
4. Memperoleh pengalaman dalam menyelenggarakan penelitian sederhana.
BAB
II
KAJIAN TEORITIS
A. Kerangka Teori
1. Sejarah
Permainan bola voli di ciptakan oleh William .G. Morgan pada tahun 1895. Ia adalah seorang pembina Pendidikan Jasmani pada Young Men Christian Association (YMCA). Di Kota Hal Yake, Massachusetts, AS. Mengingat Turnamen Bola Voli pertama ( 1947 ) di Polandia pesertanya cukup banyak, pada tahun 1948 IVBF ( International Volley Ball Federation ) didirikan oleh 15 negara.
Indonesia mengenal bola voli sejak tahun 1928 pada zaman penjajahan Belanda, kemudian pada tanggal 22 Januari 1955 PBVSI ( Persatuan Bola voli Seluruh Indonesia ) didirikan dan juga pertadingan bola voli masuk secara resmi dalam PON II 1951 di Jakarta dan POM I di Yogyakarta.
Indonesia pertama kalinya dalam sejarah pervolian Indonesia PBVSI mengirimkan Tim Bola Voli Yunior ke juaraan dunia di Athena, Yunani dari 3 – 12 September 1989, yakni melatih tim tersebut adalah Yano Hadian dibantu oleh Traimer Kanwar serta pelatih dari Jepang Hideto Mishaka.
KAJIAN TEORITIS
A. Kerangka Teori
1. Sejarah
Permainan bola voli di ciptakan oleh William .G. Morgan pada tahun 1895. Ia adalah seorang pembina Pendidikan Jasmani pada Young Men Christian Association (YMCA). Di Kota Hal Yake, Massachusetts, AS. Mengingat Turnamen Bola Voli pertama ( 1947 ) di Polandia pesertanya cukup banyak, pada tahun 1948 IVBF ( International Volley Ball Federation ) didirikan oleh 15 negara.
Indonesia mengenal bola voli sejak tahun 1928 pada zaman penjajahan Belanda, kemudian pada tanggal 22 Januari 1955 PBVSI ( Persatuan Bola voli Seluruh Indonesia ) didirikan dan juga pertadingan bola voli masuk secara resmi dalam PON II 1951 di Jakarta dan POM I di Yogyakarta.
Indonesia pertama kalinya dalam sejarah pervolian Indonesia PBVSI mengirimkan Tim Bola Voli Yunior ke juaraan dunia di Athena, Yunani dari 3 – 12 September 1989, yakni melatih tim tersebut adalah Yano Hadian dibantu oleh Traimer Kanwar serta pelatih dari Jepang Hideto Mishaka.
2. Pengertian Bola Voli
Bola voli adalah suatu bentuk permainan yang dimainkan dua regu berjumlah 6 orang dengan tujuan mematikan bola di daerah lawan.
Tehnik adalah suatu proses membuktikan dalam praktek dengan sebaik mungkin dalam cabang bola voli. Adapun ketrampilan tehnik sebagai berikut :
a. Servis ( untuk mengawali permainan )
b. Passing ( menerima bola )
c. Umpan ( menyajikan bola )
d. Spike ( melakukan serangan )
e. Bendung ( blok atau menghadang serangan )
f. Receive ( menjaga bola menyentuh lantai )
Tujuan utama
melakukan passing bawah adalah mempercepat laju bola dan jalannya bola laju
kencang dari bawah ke atas. Tehnik passing bawah meliputi :
a. Sikap permulaan
- Kaki ditekuk pada lutut
- Telapak kaki keduanya melekat pada lantai dengan posisi yang sama.
- Badan condong kedepan ± 90°.
- Kedua tangan lurus kebawah serong kedepan.
- Bidang perkenaan dibuat selurus mungkin.
b. Sikap perkenaan
- Bola diterima dari lawan dan dikembalikan..
- Lurus dengan keadaan yang seimbang.
- Ayunan tangan memukul kkeatas dan kedepan.
- Perkenaan bola usahakan sejangkauan lengan dan gerakan pergelangan tangan aktif supaya bola berjalan top spin.
c. Sikap akhir
Sikap perkenaan bola gerakan dilanjutkan dengan langkah kedepan atau kebelakang dan pandangan kearah bola.
a. Sikap permulaan
- Kaki ditekuk pada lutut
- Telapak kaki keduanya melekat pada lantai dengan posisi yang sama.
- Badan condong kedepan ± 90°.
- Kedua tangan lurus kebawah serong kedepan.
- Bidang perkenaan dibuat selurus mungkin.
b. Sikap perkenaan
- Bola diterima dari lawan dan dikembalikan..
- Lurus dengan keadaan yang seimbang.
- Ayunan tangan memukul kkeatas dan kedepan.
- Perkenaan bola usahakan sejangkauan lengan dan gerakan pergelangan tangan aktif supaya bola berjalan top spin.
c. Sikap akhir
Sikap perkenaan bola gerakan dilanjutkan dengan langkah kedepan atau kebelakang dan pandangan kearah bola.
3. Perkembangan bola volly
Dalam perkembangannya, sekarang permainan bola voli telah menjadi olahraga kompetitif resmi yang selalu diperlombakan dalam setiap pesta olahraga. Orientasi pembinaannya lebih mengarah pada pencapaian prestasi, akan tetapi nilai rekreasi tidak akan hilang bahkan akan selalu meningkat.
4.
Bentuk –bentuk Latihan
a.
Latihan tanpa bola
- Sikap badan membungkuk kaki dibuka dan lutut sedikit ditekuk.
- Lengan dirapatkan satu dengan yang lain saling berpegangan.
- Gerakan tangan diayun keatas dan kebawah.
Latihan ini berguna untuk melatih anak menerapkan tehnik-tehnik Passing Bawah pada permainan yang sebenarnya, ini dilakukan dalam waktu 15 menit.
- Sikap badan membungkuk kaki dibuka dan lutut sedikit ditekuk.
- Lengan dirapatkan satu dengan yang lain saling berpegangan.
- Gerakan tangan diayun keatas dan kebawah.
Latihan ini berguna untuk melatih anak menerapkan tehnik-tehnik Passing Bawah pada permainan yang sebenarnya, ini dilakukan dalam waktu 15 menit.
b.
Latihan dengan bola ( modifikasi )
Anak saling berhadapan dengan yang lainnya, yang satu memberikan bola dan yang satu memberikan lagi menerimanya dengan Passing Bawah. Untuk melatih tehnik passing bawah ini penulis melakukan modifikasi mengenai bola, bola yang dipakai adalah bola plastik dan bola sebenarnya. Bola plastik digunakan penulis agar tangan anak tidak sakit dan supaya anak bersemangat dalam melakukan Passing Bawah .
Anak saling berhadapan dengan yang lainnya, yang satu memberikan bola dan yang satu memberikan lagi menerimanya dengan Passing Bawah. Untuk melatih tehnik passing bawah ini penulis melakukan modifikasi mengenai bola, bola yang dipakai adalah bola plastik dan bola sebenarnya. Bola plastik digunakan penulis agar tangan anak tidak sakit dan supaya anak bersemangat dalam melakukan Passing Bawah .
c.
Latihan dengan net
Untuk melatih anak menggunakan tehnik Passing Bawah , maka penulis menggunakan net untuk mengetahui sebatas mana kemampuan anak dalam melakukan passing bawah. Latihan ini dengan cara melempar atau melambung bola, lalu anak berusaha mengambil bola tersebut dengan Passing Bawah dan usahakan bola melawati net atau melambung net.
Untuk melatih anak menggunakan tehnik Passing Bawah , maka penulis menggunakan net untuk mengetahui sebatas mana kemampuan anak dalam melakukan passing bawah. Latihan ini dengan cara melempar atau melambung bola, lalu anak berusaha mengambil bola tersebut dengan Passing Bawah dan usahakan bola melawati net atau melambung net.
d.
Latihan bermain hanya menggunakan
passing bawah
Untuk menetahui berhasil atau belum kita meningkatkan tehnik Passing Bawah pada anak, maka kita melakukan permainan yang sebenarnya tetapi menerima bola diharuskan dengan Passing Bawah.
Untuk menetahui berhasil atau belum kita meningkatkan tehnik Passing Bawah pada anak, maka kita melakukan permainan yang sebenarnya tetapi menerima bola diharuskan dengan Passing Bawah.
B.
Metode Penelitian
1. Metode dalam penelitian ini menggunakan metode Tindakan Kelas ( Action Research)
2. Rencana penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan tindakan yang didalam nya terdapat empat tahp kegiatan yaitu : perencanaan, observasi, refleksi dan evaluasi. Keempat fase dari siklus PTK ini adalah :
a. Tahap perencanan
Suatu perencanaan yang baik hendaknya memenuhi dua kriteria utama penelitian :
- Peneliti memahami perencanaan penelitian tersebut dengan baik.
- Perecanaan disusun untuk mempermudah penelitian tindakan tersebut.
b. Tahap observasi
Merupakan tahap pengamatan terhadap proses atau hasil pembelajaran bola voli pada kelas atau siswi yang menjadi objek. Prosedur ini dilakukan untuk mendapatkan data penelitian yang sesuai dengan kenyataan yang dihadapi.
1. Metode dalam penelitian ini menggunakan metode Tindakan Kelas ( Action Research)
2. Rencana penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan tindakan yang didalam nya terdapat empat tahp kegiatan yaitu : perencanaan, observasi, refleksi dan evaluasi. Keempat fase dari siklus PTK ini adalah :
a. Tahap perencanan
Suatu perencanaan yang baik hendaknya memenuhi dua kriteria utama penelitian :
- Peneliti memahami perencanaan penelitian tersebut dengan baik.
- Perecanaan disusun untuk mempermudah penelitian tindakan tersebut.
b. Tahap observasi
Merupakan tahap pengamatan terhadap proses atau hasil pembelajaran bola voli pada kelas atau siswi yang menjadi objek. Prosedur ini dilakukan untuk mendapatkan data penelitian yang sesuai dengan kenyataan yang dihadapi.
c. Tahap
refleksi
Tahap refleksi ini peneliti mengkaji , meihat dan mempertimbangkan hasil atau dampak dari tindakan dengan menggunakan berbagai kriteria. Berdasarkan hasil reflesi ini peneliti bersama-sama rekan guru dapat merevisi untuk memperbaiki Penelitian Tindakan Kelas.
d. Evaluasi
Siswi diberi evaluasi atau latihan dalam meningkatkan ketrampilan Passing Bawah.
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Penelitian Tindakan Kelas ini dilakukan di SD Negeri 06 Kadipaten yang terletak di Kabupaten Majalengka Provinsi Jawa Barat. Letak dan suasana SD cukup strategis yang cukup kondusif untuk melakukan proses belajar mengajar.
Dari segi fisik, bangunan SD ini cukup baik, walaupun ada beberapa gedung atau ruangan yang belum tersedia. Seperti Ruang guru dan perpustakaan. SD ini terdiri dari 9 ruangan, 6 ruag kelas, 1 ruang guru dan kepala sekolah ,ruang UKS, 1 gudang merangkap dapur, 1 WC guru da 1 WC siswa.
Jumlah murid di SD ini tergolong sedang untuk ukuran pedesaan, yaitu berjumlah 67 siswa. Mengenai sarana dan prasarana yang dapat medukung kegiatan olahraga yang tersedia di SD ini tergolong lengkap, khususnya untuk sarana bola voli yaitu : 1 lapangan boal voli, 2 buah net dan 2 buah bola voly.
B. SIKLUS
1. Perencanaan Tindakan
Ada beberapa perencanaan tindakan pertama yaitu :
a. Memilih siswa yang akan ikut dalam latihan tehnik Passing Bawah.
b. Mempersiapkan perangkat belajar mengajar,seperti : bola,net,dan lain –lain.
c. Melakukan pre-tes dengan tehnik passsing bawah.
2. Pelaksanaan Tindakan
a. Waktu pelaksanaan tindakan atau latihan : 2 Juni 2012, pukul 08.00 s/d 11.00 WIB
b. Tempat pelaksanaan : GOR Serbaguna PGRI Kadipaten
c. Kegiatan belajar mengajar disesuaikan dengan rencana kegiata, yaitu :
Tahap refleksi ini peneliti mengkaji , meihat dan mempertimbangkan hasil atau dampak dari tindakan dengan menggunakan berbagai kriteria. Berdasarkan hasil reflesi ini peneliti bersama-sama rekan guru dapat merevisi untuk memperbaiki Penelitian Tindakan Kelas.
d. Evaluasi
Siswi diberi evaluasi atau latihan dalam meningkatkan ketrampilan Passing Bawah.
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Penelitian Tindakan Kelas ini dilakukan di SD Negeri 06 Kadipaten yang terletak di Kabupaten Majalengka Provinsi Jawa Barat. Letak dan suasana SD cukup strategis yang cukup kondusif untuk melakukan proses belajar mengajar.
Dari segi fisik, bangunan SD ini cukup baik, walaupun ada beberapa gedung atau ruangan yang belum tersedia. Seperti Ruang guru dan perpustakaan. SD ini terdiri dari 9 ruangan, 6 ruag kelas, 1 ruang guru dan kepala sekolah ,ruang UKS, 1 gudang merangkap dapur, 1 WC guru da 1 WC siswa.
Jumlah murid di SD ini tergolong sedang untuk ukuran pedesaan, yaitu berjumlah 67 siswa. Mengenai sarana dan prasarana yang dapat medukung kegiatan olahraga yang tersedia di SD ini tergolong lengkap, khususnya untuk sarana bola voli yaitu : 1 lapangan boal voli, 2 buah net dan 2 buah bola voly.
B. SIKLUS
1. Perencanaan Tindakan
Ada beberapa perencanaan tindakan pertama yaitu :
a. Memilih siswa yang akan ikut dalam latihan tehnik Passing Bawah.
b. Mempersiapkan perangkat belajar mengajar,seperti : bola,net,dan lain –lain.
c. Melakukan pre-tes dengan tehnik passsing bawah.
2. Pelaksanaan Tindakan
a. Waktu pelaksanaan tindakan atau latihan : 2 Juni 2012, pukul 08.00 s/d 11.00 WIB
b. Tempat pelaksanaan : GOR Serbaguna PGRI Kadipaten
c. Kegiatan belajar mengajar disesuaikan dengan rencana kegiata, yaitu :
- Melakukan
pre-tes selama 10 menit untuk memotivosi siswi menerima pelajaran atau latihan.
- Menjelaskan tehnik Passing Bawah dalam permainan bola voly.
- Guru membimbing siswi dann memberikan bantuan kepada siswi yang memmbutuhkannya.
- Guru mengadakan evaluasi.
3. Observasi Tindakan
a. Kondisi pengajaran bola voli pada kelas V sebelumnya.
Pelaksanaan kegiatan bola voly pada kelas V terlihat kurang aktif. Sebelumnya guru hanya menyajikan pokok bahasan yang tercantum dalam kurikulum, sementara kurikulum sendiri tidak terdapat pokok bahasan permainan bola voli.
Disamping itu juga kurang mengaktifkan program ekstra kulikuler untuk memberikan pedalaman materi yang perlu di ajarkan di jam luar sekolah, khususnya pada permainan bola voli yang sangat memerlukan waktu latihan yang cukup lama.
Selain itu juga lingkungan tempat siswi pun sering diadakan permainan bola voli pada sore hari, akan tetapi sayang nya jarang sekali melibatkan siswi.
Dengan menggunakan metode wawancara, penulis mengadakan tanya jawab kepada orang tua / wali murid mengapa anaknya tidak di ikutkan pada program ekstrakulikuler, orang tua menjawab, kemauan anak itu sediri yang kurang tertarik pada perminan bola voli karena memang butuh waktu lama untuk menguasainya.
b. Faktor yang menghambat penguasaan tehnik Passing Bawah bola voli siswi kelas ada beberapa faktor, yaitu :
- Faktor kekuatan
Disini masih banyak yang belum mampu menyebrangkan bola dikarenakan belum begitu kuat untuk menahan pukulan bola dari tempat lawan dan ditambah lagi kurangnya tehnik yang cepat.
- Faktor tehnik
Dilihat dari segi tehnik Passing Bawah siswi masih banyak melakukan kesalahan :
1. Sikap permulaan
- Kaki masih dalam keadaan lurus dan sejajar jarak antara kedua kaki masih terlalu lebar.
- Sikap badan belum terlalu condong kedepan, pada tahap ini akan menyebabkan kurangya keleluasaan untuk bergerak pada saat menerima bola.
2. Sikap perkenaan
Disini siswi terlalu sering melakukan kesalahan yang cukup merugikana dan fatal :
- Siswi masih mereasa takut menerima bola sehingga keseimbangan hilang.
- Ayunan tangan masih kaku, sehingga tubuh siswi ikut bergerak tidak tertur.
- Menjelaskan tehnik Passing Bawah dalam permainan bola voly.
- Guru membimbing siswi dann memberikan bantuan kepada siswi yang memmbutuhkannya.
- Guru mengadakan evaluasi.
3. Observasi Tindakan
a. Kondisi pengajaran bola voli pada kelas V sebelumnya.
Pelaksanaan kegiatan bola voly pada kelas V terlihat kurang aktif. Sebelumnya guru hanya menyajikan pokok bahasan yang tercantum dalam kurikulum, sementara kurikulum sendiri tidak terdapat pokok bahasan permainan bola voli.
Disamping itu juga kurang mengaktifkan program ekstra kulikuler untuk memberikan pedalaman materi yang perlu di ajarkan di jam luar sekolah, khususnya pada permainan bola voli yang sangat memerlukan waktu latihan yang cukup lama.
Selain itu juga lingkungan tempat siswi pun sering diadakan permainan bola voli pada sore hari, akan tetapi sayang nya jarang sekali melibatkan siswi.
Dengan menggunakan metode wawancara, penulis mengadakan tanya jawab kepada orang tua / wali murid mengapa anaknya tidak di ikutkan pada program ekstrakulikuler, orang tua menjawab, kemauan anak itu sediri yang kurang tertarik pada perminan bola voli karena memang butuh waktu lama untuk menguasainya.
b. Faktor yang menghambat penguasaan tehnik Passing Bawah bola voli siswi kelas ada beberapa faktor, yaitu :
- Faktor kekuatan
Disini masih banyak yang belum mampu menyebrangkan bola dikarenakan belum begitu kuat untuk menahan pukulan bola dari tempat lawan dan ditambah lagi kurangnya tehnik yang cepat.
- Faktor tehnik
Dilihat dari segi tehnik Passing Bawah siswi masih banyak melakukan kesalahan :
1. Sikap permulaan
- Kaki masih dalam keadaan lurus dan sejajar jarak antara kedua kaki masih terlalu lebar.
- Sikap badan belum terlalu condong kedepan, pada tahap ini akan menyebabkan kurangya keleluasaan untuk bergerak pada saat menerima bola.
2. Sikap perkenaan
Disini siswi terlalu sering melakukan kesalahan yang cukup merugikana dan fatal :
- Siswi masih mereasa takut menerima bola sehingga keseimbangan hilang.
- Ayunan tangan masih kaku, sehingga tubuh siswi ikut bergerak tidak tertur.
Disini siswi
belum percaya diri untuk menyebrangkan bola, sehingga siswi menerima bola dan
berusaha mengembalikan dengan sekuat-kuatnya sehingga bola tidak terarah baik.
3. Sikap akhir
Sikap akhir ini siswi masih menunggu ditempat dan terpaku pandangannya kearah bola, karena kurang percaya diri dan masih takut menerima bola.
- Pada saat perkenaan dengan bola
Sehubugan dengan kesalahan –kesalahan diatas pada saat perkenaan dengan bola terlalu kaku atau takut sehingga menghasilkan bola terlalu melambung tinggi dan tidak terarah net tempat lawan.
4. Refleksi Tindakan
Berdasarkan hasil observasi pada tindakan pertama siswi masih lamban menerima penjelasan guru tentang Passing Bawah yang benar. Dalam mengatasi masalah ini khususnya di kelas yaitu dengan cara guru sebaiknya menerapkan perpaduan sikap tehnik Passing Bawah yang sebenarnya kepada siswa dan menjelaskan fungsi sikap tersebut., supaya siswi lebih memahami dan dapat melakukan tehnik Passing Bawah dengan baik dan benar.
Selain itu guru juga dapat melakukan penambahan jam pelajaran atau ekstrakulikuler yang sebaiknya minimal 2 kali semingggu. Disini maksudnya agar anak lebih banyak mencoba dan dapat melihat masalah tersebut agar anak terbiasa menggunakan Passing Bawah yang akhirnya dapat bermain Voli yang baik dan benar sesuai dengan tehnik-tehnik permainan.
C. Pembahasan
Hasil peneitian menunjukkkan bahwa proses latihan yang kondusif dapat meningkatkan ketrampilan bermain voli dan dapat menggunakan tehnik Passing Bawah dengan benar.
Ketrampilan siswi meningkat karena siswi lebih aktif belajar dan tumbuhnbya rasa percaya diri serta semangat didalam kelompok bermainnya. Yang lebih tampak kekompakan dan kejasama untuk memahami tehnik Passing Bawah ini dengan memecahkan kesulitan secara bersama.
Subjek penelitian ini adalah siswi kelas, maka siswi harus berprakarsa sendiri , mengamati, menganalisa, membantu penilaian dan sebagainya. Fungsi guru hanya sebagai fasilitator atau pembimbing sesuai dengan prinsip belajar dengan keaktifan dalam belajar dan mengikuti latihan.
Hasil penelitian ini membuktikan bahwa bimbingan guru sebagai pendidikan sangat membantu menumbuhkan semangat dan motivasi kepada siswi untuk lebih meningkatkan ketrampilan tehnik Passing Bawah dalam permainan bola voli.
3. Sikap akhir
Sikap akhir ini siswi masih menunggu ditempat dan terpaku pandangannya kearah bola, karena kurang percaya diri dan masih takut menerima bola.
- Pada saat perkenaan dengan bola
Sehubugan dengan kesalahan –kesalahan diatas pada saat perkenaan dengan bola terlalu kaku atau takut sehingga menghasilkan bola terlalu melambung tinggi dan tidak terarah net tempat lawan.
4. Refleksi Tindakan
Berdasarkan hasil observasi pada tindakan pertama siswi masih lamban menerima penjelasan guru tentang Passing Bawah yang benar. Dalam mengatasi masalah ini khususnya di kelas yaitu dengan cara guru sebaiknya menerapkan perpaduan sikap tehnik Passing Bawah yang sebenarnya kepada siswa dan menjelaskan fungsi sikap tersebut., supaya siswi lebih memahami dan dapat melakukan tehnik Passing Bawah dengan baik dan benar.
Selain itu guru juga dapat melakukan penambahan jam pelajaran atau ekstrakulikuler yang sebaiknya minimal 2 kali semingggu. Disini maksudnya agar anak lebih banyak mencoba dan dapat melihat masalah tersebut agar anak terbiasa menggunakan Passing Bawah yang akhirnya dapat bermain Voli yang baik dan benar sesuai dengan tehnik-tehnik permainan.
C. Pembahasan
Hasil peneitian menunjukkkan bahwa proses latihan yang kondusif dapat meningkatkan ketrampilan bermain voli dan dapat menggunakan tehnik Passing Bawah dengan benar.
Ketrampilan siswi meningkat karena siswi lebih aktif belajar dan tumbuhnbya rasa percaya diri serta semangat didalam kelompok bermainnya. Yang lebih tampak kekompakan dan kejasama untuk memahami tehnik Passing Bawah ini dengan memecahkan kesulitan secara bersama.
Subjek penelitian ini adalah siswi kelas, maka siswi harus berprakarsa sendiri , mengamati, menganalisa, membantu penilaian dan sebagainya. Fungsi guru hanya sebagai fasilitator atau pembimbing sesuai dengan prinsip belajar dengan keaktifan dalam belajar dan mengikuti latihan.
Hasil penelitian ini membuktikan bahwa bimbingan guru sebagai pendidikan sangat membantu menumbuhkan semangat dan motivasi kepada siswi untuk lebih meningkatkan ketrampilan tehnik Passing Bawah dalam permainan bola voli.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dalam melakukan Penelitian Tindakan Kelas “ Upaya Meningkatkan Tehnik Passing Bawah dalam Permainan Bola Voli pada Siswi” dapat disimpulkan beberapa hal :
1. Faktor – faktor yang menghambat kemampuan tehnik passing Bawah pada permainan bola voli diantaranya :
a. Faktor kekuatan, siswi belum mampu mengembalikan bola ketempat lawan secara langsung.
b. Faktor tehnik , siswi belum mampu memahami dan menerapkan rangkaian gerakan tehnik Passing Bawah dengan baik.
2. Cara mengatasi tehnik Passing Bawah bola Voli salah satu yaitu memberikan latihan yang khusus diluar jam sekolah tentang penerapan gerakan tehnik Passing Bawah bola voli agar lebih banyak mencoba dan bisa memecahkan masalah sendiri dengan bimbingan guru.
B. Saran
Dalam melaksanakan tugasnya sebagai guru, guru pendidikan hendaknya dapat memotivasi siswi agar lebih kretif dan meningkatkan kemampuannya , khususnya dalam permainan bola voli. Selain itu juga guru harus membimbing da mengarahkan siswa dalam meningkatkan ketrampilannya dalam tehnik Passing Bawah bola voli, dan yang paling penting adalah cara guru mengembangkan metode pembelajaran agar timbul kegairahan siswa untuk belajar,kemudian hendaknya siswi lebih giat belajar lagi.
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dalam melakukan Penelitian Tindakan Kelas “ Upaya Meningkatkan Tehnik Passing Bawah dalam Permainan Bola Voli pada Siswi” dapat disimpulkan beberapa hal :
1. Faktor – faktor yang menghambat kemampuan tehnik passing Bawah pada permainan bola voli diantaranya :
a. Faktor kekuatan, siswi belum mampu mengembalikan bola ketempat lawan secara langsung.
b. Faktor tehnik , siswi belum mampu memahami dan menerapkan rangkaian gerakan tehnik Passing Bawah dengan baik.
2. Cara mengatasi tehnik Passing Bawah bola Voli salah satu yaitu memberikan latihan yang khusus diluar jam sekolah tentang penerapan gerakan tehnik Passing Bawah bola voli agar lebih banyak mencoba dan bisa memecahkan masalah sendiri dengan bimbingan guru.
B. Saran
Dalam melaksanakan tugasnya sebagai guru, guru pendidikan hendaknya dapat memotivasi siswi agar lebih kretif dan meningkatkan kemampuannya , khususnya dalam permainan bola voli. Selain itu juga guru harus membimbing da mengarahkan siswa dalam meningkatkan ketrampilannya dalam tehnik Passing Bawah bola voli, dan yang paling penting adalah cara guru mengembangkan metode pembelajaran agar timbul kegairahan siswa untuk belajar,kemudian hendaknya siswi lebih giat belajar lagi.
Minggu, 07 November 2010
Perkembangan motorik pada anak
PERKEMBANGAN MOTORIK PADA ANAK
![](http://3.bp.blogspot.com/_vIVnxNetUoU/SUJLVIf-rnI/AAAAAAAAABI/6A9W8lr7g9M/s320/anak.jpg)
Pada beberapa kesempatan ceramah di berbagai kota besar bersama tim majalah Ayah Bunda antara 1997--1998, Ada pertanyaan kepada ibu-ibu tentang bayinya: apa yang mereka inginkan? Pada umumnya, mereka menjawab: cerdas. Mereka kurang perduli apakah bayinya gemuk, montok, atau langsing, yang penting adalah cerdas. Dahulu, mereka ingin bayinya montok, gemuk, dsb, tetapi sekarang mereka ingin cerdas. Hanya itu. Telah banyak penelitian yang menerangkan tentang pengaruh gizi terhadap kecerdasan serta perkembangan motorik kasar. Levitsky dan Strupp1 pada penelitiannya terhadap tikus mengungkapkan bahwa kurang gizi menyebabkan functional isolationism 'isolasi diri' yaitu mempertahankan untuk tidak mengeluarkan energi yang banyak (conserve energy) dengan mengurangi kegiatan interaksi sosial, aktivitas, perilaku eksploratori, perhatian, dan motivasi. Aplikasi teori ini kepada manusia adalah bahwa pada keadaan kurang energi dan potein (KEP), anak menjadi tidak aktif, apatis, pasif, dan tidak mampu berkonsentrasi. Akibatnya, anak dalam melakukan kegiatan eksplorasi lingkungan fisik di sekitarnya hanya mampu sebentar saja dibandingkan dengan anak yang gizinya baik, yang mampu melakukannya dalam waktu yang lebih lama. Model functional isolationism yang dilukiskan ini sama dengan teori sebelumnya bahwa aspek-aspek essensial dan universal untuk perkembangan kognitif ditekan oleh mekanisme penurunan aktivitas pada keadaan kurang gizi. Untuk melakukan suatu aktivitas motorik, dibutuhkan ketersediaan energi yang cukup banyak. Tengkurap, merangkak, berdiri, berjalan, dan berlari melibatkan suatu mekanisme yang mengeluarkan energi yang tinggi, sehingga yang menderita KEP (Kurang Energi Protein) biasanya selalu terlambat dalam perkembangan motor milestone2. Sebagai contoh, pada anak usia muda, komposisi serat otot yang terlibat dalam pergerakan kontraksi kurang berkembang pada anak yang kurang gizi. Keadaan ini juga berpengaruh terhadap pertumbuhan tulang sehingga terjadi pertumbuhan badan yang terlambat3.
Tengkurap, merangkak, dan berjalan menurunkan ketergantungan atau kontak yang terus-menerus dengan pengasuhnya. Keadaan ini berpengaruh nyata terhadap mekanisme self-regulatory, sehingga anak menjadi lebih bersosialisasi dan ramah dengan lingkungan4. Sebaliknya, bila terjadi keterlambatan dalam locomotion dan perkembangan motorrik akan merusak akses terhadap sumber-sumber eksternal yang berpengaruh kurang baik terhadap regulasi emosional, sehingga terhambat perkembangan kecerdasan anak.
PEMBAHASAN
PERKEMBANGAN MOTORIK PADA ANAK
Motorik kasar merupakan gerakan tubuh yang membutuhkan keseimbangan dan koordinasi antar anggota tubuh. Atau dengan kata lain, merupakan gerakan yang menggunakan otot-otot besar, sebagian atau seluruh anggota tubuh. Contohnya adalah berjalan, berlari, melompat, duduk, menendang, memanjat dan sebagainya. Perkembangan motorik kasar tidak hanya dipengaruhi oleh kemampuan fisik, tetapi juga kesiapan psikis si kecil untuk melakukannya, seperti memanjat dan berlari.
Motorik halus adalah gerakan sebagian anggota tubuh tertentu yang menggunakan otot-otot halus. Saraf motorik halus ini dapat dilatih dan dikembangkan melalui kegiatan yang kontinu dan rangsangan yang diberikan untuk si anak Menggambar, bermain puzzle, bermain lilin, menggunting dan menulis merupakan kegiatan yang dapat mengembangkan kemampuan motorik halus si anak
Agar si anak bisa mencapai dan melewati perkembangannya dengan normal, perlu diberikan stimulasi yangtepat sesuai usianya. Idealnya, perkembangan motorik kasar dan halus si kecil akan diamati setiap berkunjung ke dokter spesialis anak dengan melakukan beberapa tes; apakah anak sudah bisa melakukan suatu gerakan A, misal. Denganbegitu, ketika ada keterlambatan, dokter langsung dapat mengintervensi dan memberi saran pada orang tua. Tes yang umum dilakukan untuk memantau perkembangan motorik adalah tes Denver. Tes ini membagi perkembangan anak jadi empat, yaitu perkembangan personal sosial, perkembangan bahasa, serta perkembangan motorik kasar dan motorik halus adaptif. Perkembangan bayi akan diamati setiap 1 bulan sekali. Sedangkan balita, atau tepatnya setelah anak menginjak usia 2 tahun ke atas, cukup 3 bulan sekali. Tes Denver ini, semacam checklist untuk mempermudah pemantauan akan perkembangan anak. Apakah anak sesuai dengan perkembangan usianya saat itu atau tidak." Kalau misalnya anak terlambat, kita harus tahu pasti, bagian mana yang terlambat. Apakah perkembangan motorik halus, motorik kasar, bahasa atau personal sosialnya." Bila sudah diketahui, misal, "O, anak ini hanya perkembangan motoriknya saja yang terganggu, yang lain sesuai." Maka terapinya akan ditekankan ke situ. Namun, jangan buru-buru menganggap si anak mengalami kelainan, karena siapa tahu yang jadi penyebab justru kurangnya stimulasi. Itu sebab, bila terjadi keterlambatan, kita harus tahu persis penyebabnya. "Tak heran seorang psikolog akan bertanya bagaimana pola pengasuhan orang tua terhadap anaknya. Bukan tak mungkin orang tua yang overprotective akan membuat anak sulit berkembang. Kalau ini masalahnya, jelas orang tuanya yang perlu diterapi. Harus di beri penjelasan tentang dan cara-cara melakukan stimulasi pada anak."
Tapi kalau semua perkembangan anak terlambat, dari perkembangan bahasa, personal sosial, motorik kasar dan halusnya, maka anak dinyatakan mengalami retardasi mental/keterbelakangan mental. Misal, anak usia 3 tahun namun kemampuan motorik halus, kasar, termasuk berbahasa dan sosialnya, masih setara dengan anak usia 1 tahun 8 bulan.
Yang jelas, bila masalahnya berhubungan dengan motorik kasar, anak akan menjalani fisioterapi. Sedangkan jika masalahnya pada motorik halus, ia akan menjalani terapi okupasi. Untuk keterlambatan bahasa, tentu anak akan menjalani terapi wicara, dan sebagainya.
Bila tahapan motorik dasar anak tak dilalui secara berurutan, tak mungkin ia mencapai ke tahap yang rumit. Hingga usia dua tahun, Jika masih belum bisa bicara. Setelah diperiksa dan diusut-usut, ternyata Si anak ini mengalami perkembangan yang belum lengkap. Sejak usia 10 bulan, ia sudah bisa berjalan. Tahap itu dicapainya tanpa pernah mengalami periode merangkak. Apa hubungannya merangkak dan berbicara? Terapis wicara dari Instalasi Rehabilitas Medik (IRM) RS Dr Sardjito, Wuryanto Aksan melihat hubungan antara duanya. Namun, sebelum membicarakan hubungan itu, menurut dia penting memahami lebih dulu gangguan keterlambatan bicara. Gangguan keterlambatan bicara, terjadi karena kemampuan me-recall masukan-masukan prabahasa atau bahasa dari lingkungan kurang sempurna. Akibatnya, anak jika hendak mengikuti bahasa di lingkungannya mungkin seperti bahasa robot. Atau, mungkin juga si anak melakukan pengulangan kata. ''Memang kesannya perbendaharaannya bagus, tetapi dia mengulang-ulang. Kemampuan me-recall yang kurang baik pada tumbuh kembang ini, karena kurang matangnya kemampuan sensorik, tidak terintegrasinya antara fungsi pendengaran, penglihatan dan rasa,'' tutur dia. Sebetulnya, kemampuan fungsi mendengar anak itu bisa diketahui sedini mungkin. Selain itu, anak sedini mungkin harus sudah mendapat rangsangan. Misalnya, dengan rangsangan suara, kita melihat apakah dengan adanya rangsangan sebelah kiri anak akan menengok ke kiri dan rangsangan sebelah kanan anak akan menengok ke kanan. Setelah berusia sekitar enam minggu, anak sudah mulai memahami bunyi dan mengikuti asal bunyi tersebut dengan jelas. Misalnya, bila dirangsang dengan bunyi, ''kring...kring... kring'', anak akan menengok ke arah bunyi kring tersebut. ''Apabila anak tidak menengok ke arah bunyi 'kring' tersebut kemungkinan ada sesuatu,'' Tahap-tahap perkembangan motorik, akan mendukung perkembangan yang lain. ''Kita tidak boleh bangga dengan kecepatan motorik anak,'' kata terapis wicara IRM RS Bethesda dan RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta ini. Ia lantas mencontohkan, pada usia 10 bulan anak sudah bisa berjalan. Pada umur itu, seharusnya anak masih merangkak. Justru dengan kecepatan motorik kasar seperti itu, , keterampilan motorik, koordinasi motorik terlewati masa konsepsinya.
''Allah itu memberi bekal manusia berbentuk refleks sejak dia lahir. Mulai dari refleks mengisap akhirnya bisa minum susu,''. Refleks mengisap yang dilakukan oleh bibir, lidah, palatum, laring, pernapasan, akhirnya ke perut, itu ternyata dikonsepsi oleh memori gerak tersebut. Beberapa hari kemudian anak mulai sadar, bahwa dia kalau ngenyot tidak haus. ''Makanya reaksi anak dari nangis ngompol dan haus berbeda. Hal itu menunjukkan gerakan itu sudah terkonsepsi dengan baik.'' Selanjutnya, pada usia 3-4 bulan, anak mulai tengkurap dan di tempat tidur dia bisa bebas tengkurap lalu telentang berulang-ulang. Pada masa ini merupakan masa konsepsi gerak dasar. Namun, jika bayi yang tidak pernah diberi kesempatan seperti itu --karena dibiasakan diletakkan di kursi roda terus dan tidak pernah diberi kebebasan untuk tengkurap dan telentang sendiri secara leluasa-- maka gerak bayi ini akan terbatas. Lalu, apa dampaknya? Anak tidak mempunyai konsepsi motorik yang dasar, sehingga tidak bisa menyadari gerakannya harus bagaimana. Dalam perkembangannya, setelah anak bertambah usianya, hal itu akan memengaruhi pada kecerdasan emosi, kecerdasan mental. ''Mungkin nantinya anak secara kecerdasan IQ bagus, tetapi kecerdasan non EQ terhambat,'' tambahnya. Perkembangan gerak anak itu harus dilewati tahap demi tahap. Setelah anak tengkurap, lalu ia bisa mengangkat kepala, kemudian duduk, onggo-onggo, merangkak. merangkak sebagai fase yang istimewa karena sangat kaya. Fase ini, charger di area otak kanan dan kiri. ''Kalau anak melalui fase itu dengan baik, maka konsepsi dari kematangan gerak tersebut (otak kanan, kiri, jembatan otak, otak kecil) akan lebih baik,'' Keadaan yang normal itu, menurut biasanya fase merangkak lebih lama dari fase perkembangan motorik yang lain. Alhasil, ia menyarankan orang tua agar tidak mengkhawatirkan si anak bila pada usia 11 bulan masih merangkak. Yang penting, beri kebebasan anak berkembang sendiri, singkirkan benda-benda yang membahayakan, dan penuhi fasilitas yang mendukung kematangan geraknya. ''Insya Allah begitu mampu merambat, kemudian berdiri sendiri, jalan bisa lancar,'' tutur dia. Tahap-tahap motorik itu merupakan dasar kemampuan motorik-motorik yang lain. Jika keterampilan motorik dasar anak sudah matang, maka motorik lain yang lebih rumit --yaitu untuk bicara-- tinggal sedikit tahapnya. dasarnya tidak dilalui secara berurutan, tidak mungkin akan mencapai ke tahap yang rumit. Itulah sebabnya, sewaktu anak berusia delapan bulan baru mampu ekolalia. Seandainya pun ada rangsangan ''ci luk ba!'', anak hanya akan berkata ''ha-ha''. Sebab, koordinasi motorik artikulasi yang lebih rumit ini belum tercapai dan konsepsi belum sampai. Mengapa? Motorik kasar si anak belum sampai pada tahap itu. Tetapi begitu mencapai usia 10 bulan, dan anak sudah banyak merangkak, begitu ada rangsangan ''ci luk ba!'' ia akan langsung menjawab ''ba!''. Itu berarti ada konsepsi motorik yang sudah matang. Maka, pada usia 12 bulan, anak akan berkata-kata yang sebenarnya seperti papa, mama, dan sebagainya. Karena itu, misalkan pada anak ada keterlambatan bicara karena dari riwayat sektor motorik, maka harus ada program penanganan yang mengikuti tahap-tahap perkembangan itu. Oleh karena itu, stimulasi untuk anak yang mengalami keterlambatan misalnya keterlambatan bicara dikemas agar ia mau melakukan latihan-latihan kematangan motorik. Misalnya, anak diajak bermain kuda-kudaan dan dengan bercanda berkumpul, anak diajak merangkak. Karena itu pula, di dalam stimulasi motorik ada salah satu materi berupa terapi merangkak.
Tonggak Perkembangan dari Usia 2 Bulan sampai 2 tahun
Dua bulan
- Tangan terutama bisa dikepalkan
- Bila berbaring, tengkurap kepala dapat diangkat selama
beberapa detik
- Terkejut mendengar bunyi keras
- Mengikuti dengan mata dan kepala melampaui lengkungan 90 derajat
- Senyum respon
- Mulai bersuara, bunyi huruf hidup
Tiga bulan
- Sesekali tangan dikepalkan
- Mengangkat kepala di atas bidang dan bertahan
- Memegang objek yang ditempatkan di tangan secara singkat
- Memalingkan kepala pada objek
- Senyum dan bersuara bila diajak berbicara
- Melihat tangan sendiri, memandang pada muka orang lain
- Tertawa
Empat bulan
- Bisa mempertahankan kedudukan kepala dengan mantap saat didudukkan
- Menjangkau objek, memegangnya dan membawanya ke mulut
- Memalingkan kepala ke arah bunyi
- Senyum secara spontan
5-6 bulan
- Mengangkat kepala dalam keadaan terbaring
- Berguling dari sikap tengkurap ke terlentang
- Pada posisi tengkurap dapat mengangkat kepala dan dada
- Memindahkan obyek dari tangan yang satu ke tangan yang lain
- Bersuara mengoceh
- Duduk dengan sokongan
- Mencari tahu arah bunyi
7-8 Bulan
- Duduk dalam sikap tripod tanpa sokongan
- Berdiri sebentar dengan sokongan
- Memukulkan atau mengantukkan obyek ke meja
- Menjangkau orang lain
- Memasukkan obyek ke mulut
- Mengucapkan da-da, ba-ba-ba
9-10 bulan
- Duduk tanpa bantuan, mengambil sikap duduk
- Berdiri dengan pegangan
- Melambaikan daag, daag
11-12 bulan
- Berjalan dengan bantuan
- Menggunakan jepitan jari
- Menggunakan 2-3 kata dengan makna
- Dapat merangkak
- Memahami beberapa suruhan sederhana
13-15 Bulan
- Berjalan sendiri, mudah jatuh
- Mengucapkan beberapa kata
- Mencoreng-coreng dengan alat tulis, pensil, kapur
- Menunjuk kepada benda yang diinginkan
18 Bulan
- Memanjat dengan bantuan
- Membangun menara dengan 2-4 balok mainan
- Makan sendiri
- Membuka baju
- Menunjuk pada 2-3 bagian tubuh
- Menggunakan banyak kata yang dapat dipahami
24 Bulan
- Berlari, menaiki, menuruni tangga (dua kaki pada tiap anak tangga)
- Bicara dengan 2-3 kata
- Membalik-balikkan halaman buku
- Membangun menara dengan 4-6 balok mainan
- Menendang bola
- Menggunakan kata ganti: saya, aku, kau, lu
KESIMPULAN
Motorik kasar merupakan gerakan tubuh yang membutuhkan keseimbangan dan koordinasi antar anggota tubuh. Atau dengan kata lain, merupakan gerakan yang menggunakan otot-otot besar, sebagian atau seluruh anggota tubuh. Contohnya adalah berjalan, berlari, melompat, duduk, menendang, memanjat dan sebagainya. Perkembangan motorik kasar tidak hanya dipengaruhi oleh kemampuan fisik, tetapi juga kesiapan psikis si kecil untuk melakukannya, seperti memanjat dan berlari.
Motorik halus adalah gerakan sebagian anggota tubuh tertentu yang menggunakan otot-otot halus. Saraf motorik halus ini dapat dilatih dan dikembangkan melalui kegiatan yang kontinu dan rangsangan yang diberikan untuk si anak Menggambar, bermain puzzle, bermain lilin, menggunting dan menulis merupakan kegiatan yang dapat mengembangkan kemampuan motorik halus si anak
Perkembangan gerak anak itu harus dilewati tahap demi tahap. Setelah anak tengkurap, lalu ia bisa mengangkat kepala, kemudian duduk, onggo-onggo, merangkak.
merangkak sebagai fase yang istimewa karena sangat kaya. Fase ini, charger di area otak kanan dan kiri. ''Kalau anak melalui fase itu dengan baik, maka konsepsi dari kematangan gerak tersebut (otak kanan, kiri, jembatan otak, otak kecil) akan lebih baik,''
Agar si anak bisa mencapai dan melewati perkembangannya dengan normal, perlu diberikan stimulasi yang tepat sesuai usianya.
stimulasi untuk anak yang mengalami keterlambatan misalnya keterlambatan bicara dikemas agar ia mau melakukan latihan-latihan kematangan motorik. Misalnya, anak diajak bermain kuda-kudaan dan dengan bercanda berkumpul, anak diajak merangkak. Karena itu pula, di dalam stimulasi motorik ada salah satu materi berupa terapi merangkak.
Disusun oleh kelompok III dari kelas 3-C
-Dani Ramadhita
-Eman Sulaeman
-Endang
-Handi Marciano
-Ilmanudin
Langganan:
Postingan (Atom)