"Welcome in MY BLOG... ..."

Minggu, 07 November 2010

Perkembangan motorik pada anak

PERKEMBANGAN MOTORIK PADA ANAK


Pada beberapa kesempatan ceramah di berbagai kota besar bersama tim majalah Ayah Bunda antara 1997--1998, Ada pertanyaan kepada ibu-ibu tentang bayinya: apa yang mereka inginkan? Pada umumnya, mereka menjawab: cerdas. Mereka kurang perduli apakah bayinya gemuk, montok, atau langsing, yang penting adalah cerdas. Dahulu, mereka ingin bayinya montok, gemuk, dsb, tetapi sekarang mereka ingin cerdas. Hanya itu. Telah banyak penelitian yang menerangkan tentang pengaruh gizi terhadap kecerdasan serta perkembangan motorik kasar. Levitsky dan Strupp1 pada penelitiannya terhadap tikus mengungkapkan bahwa kurang gizi menyebabkan functional isolationism 'isolasi diri' yaitu mempertahankan untuk tidak mengeluarkan energi yang banyak (conserve energy) dengan mengurangi kegiatan interaksi sosial, aktivitas, perilaku eksploratori, perhatian, dan motivasi. Aplikasi teori ini kepada manusia adalah bahwa pada keadaan kurang energi dan potein (KEP), anak menjadi tidak aktif, apatis, pasif, dan tidak mampu berkonsentrasi. Akibatnya, anak dalam melakukan kegiatan eksplorasi lingkungan fisik di sekitarnya hanya mampu sebentar saja dibandingkan dengan anak yang gizinya baik, yang mampu melakukannya dalam waktu yang lebih lama. Model functional isolationism yang dilukiskan ini sama dengan teori sebelumnya bahwa aspek-aspek essensial dan universal untuk perkembangan kognitif ditekan oleh mekanisme penurunan aktivitas pada keadaan kurang gizi. Untuk melakukan suatu aktivitas motorik, dibutuhkan ketersediaan energi yang cukup banyak. Tengkurap, merangkak, berdiri, berjalan, dan berlari melibatkan suatu mekanisme yang mengeluarkan energi yang tinggi, sehingga yang menderita KEP (Kurang Energi Protein) biasanya selalu terlambat dalam perkembangan motor milestone2. Sebagai contoh, pada anak usia muda, komposisi serat otot yang terlibat dalam pergerakan kontraksi kurang berkembang pada anak yang kurang gizi. Keadaan ini juga berpengaruh terhadap pertumbuhan tulang sehingga terjadi pertumbuhan badan yang terlambat3.
Tengkurap, merangkak, dan berjalan menurunkan ketergantungan atau kontak yang terus-menerus dengan pengasuhnya. Keadaan ini berpengaruh nyata terhadap mekanisme self-regulatory, sehingga anak menjadi lebih bersosialisasi dan ramah dengan lingkungan4. Sebaliknya, bila terjadi keterlambatan dalam locomotion dan perkembangan motorrik akan merusak akses terhadap sumber-sumber eksternal yang berpengaruh kurang baik terhadap regulasi emosional, sehingga terhambat perkembangan kecerdasan anak.


PEMBAHASAN
PERKEMBANGAN MOTORIK PADA ANAK
Motorik kasar merupakan gerakan tubuh yang membutuhkan keseimbangan dan koordinasi antar anggota tubuh. Atau dengan kata lain, merupakan gerakan yang menggunakan otot-otot besar, sebagian atau seluruh anggota tubuh. Contohnya adalah berjalan, berlari, melompat, duduk, menendang, memanjat dan sebagainya. Perkembangan motorik kasar tidak hanya dipengaruhi oleh kemampuan fisik, tetapi juga kesiapan psikis si kecil untuk melakukannya, seperti memanjat dan berlari.
Motorik halus adalah gerakan sebagian anggota tubuh tertentu yang menggunakan otot-otot halus. Saraf motorik halus ini dapat dilatih dan dikembangkan melalui kegiatan yang kontinu dan rangsangan yang diberikan untuk si anak Menggambar, bermain puzzle, bermain lilin, menggunting dan menulis merupakan kegiatan yang dapat mengembangkan kemampuan motorik halus si anak
Agar si anak bisa mencapai dan melewati perkembangannya dengan normal, perlu diberikan stimulasi yangtepat sesuai usianya. Idealnya, perkembangan motorik kasar dan halus si kecil akan diamati setiap berkunjung ke dokter spesialis anak dengan melakukan beberapa tes; apakah anak sudah bisa melakukan suatu gerakan A, misal. Denganbegitu, ketika ada keterlambatan, dokter langsung dapat mengintervensi dan memberi saran pada orang tua. Tes yang umum dilakukan untuk memantau perkembangan motorik adalah tes Denver. Tes ini membagi perkembangan anak jadi empat, yaitu perkembangan personal sosial, perkembangan bahasa, serta perkembangan motorik kasar dan motorik halus adaptif. Perkembangan bayi akan diamati setiap 1 bulan sekali. Sedangkan balita, atau tepatnya setelah anak menginjak usia 2 tahun ke atas, cukup 3 bulan sekali. Tes Denver ini, semacam checklist untuk mempermudah pemantauan akan perkembangan anak. Apakah anak sesuai dengan perkembangan usianya saat itu atau tidak." Kalau misalnya anak terlambat, kita harus tahu pasti, bagian mana yang terlambat. Apakah perkembangan motorik halus, motorik kasar, bahasa atau personal sosialnya." Bila sudah diketahui, misal, "O, anak ini hanya perkembangan motoriknya saja yang terganggu, yang lain sesuai." Maka terapinya akan ditekankan ke situ. Namun, jangan buru-buru menganggap si anak mengalami kelainan, karena siapa tahu yang jadi penyebab justru kurangnya stimulasi. Itu sebab, bila terjadi keterlambatan, kita harus tahu persis penyebabnya. "Tak heran seorang psikolog akan bertanya bagaimana pola pengasuhan orang tua terhadap anaknya. Bukan tak mungkin orang tua yang overprotective akan membuat anak sulit berkembang. Kalau ini masalahnya, jelas orang tuanya yang perlu diterapi. Harus di beri penjelasan tentang dan cara-cara melakukan stimulasi pada anak."
Tapi kalau semua perkembangan anak terlambat, dari perkembangan bahasa, personal sosial, motorik kasar dan halusnya, maka anak dinyatakan mengalami retardasi mental/keterbelakangan mental. Misal, anak usia 3 tahun namun kemampuan motorik halus, kasar, termasuk berbahasa dan sosialnya, masih setara dengan anak usia 1 tahun 8 bulan.
Yang jelas, bila masalahnya berhubungan dengan motorik kasar, anak akan menjalani fisioterapi. Sedangkan jika masalahnya pada motorik halus, ia akan menjalani terapi okupasi. Untuk keterlambatan bahasa, tentu anak akan menjalani terapi wicara, dan sebagainya.
Bila tahapan motorik dasar anak tak dilalui secara berurutan, tak mungkin ia mencapai ke tahap yang rumit. Hingga usia dua tahun, Jika masih belum bisa bicara. Setelah diperiksa dan diusut-usut, ternyata Si anak ini mengalami perkembangan yang belum lengkap. Sejak usia 10 bulan, ia sudah bisa berjalan. Tahap itu dicapainya tanpa pernah mengalami periode merangkak. Apa hubungannya merangkak dan berbicara? Terapis wicara dari Instalasi Rehabilitas Medik (IRM) RS Dr Sardjito, Wuryanto Aksan melihat hubungan antara duanya. Namun, sebelum membicarakan hubungan itu, menurut dia penting memahami lebih dulu gangguan keterlambatan bicara. Gangguan keterlambatan bicara, terjadi karena kemampuan me-recall masukan-masukan prabahasa atau bahasa dari lingkungan kurang sempurna. Akibatnya, anak jika hendak mengikuti bahasa di lingkungannya mungkin seperti bahasa robot. Atau, mungkin juga si anak melakukan pengulangan kata. ''Memang kesannya perbendaharaannya bagus, tetapi dia mengulang-ulang. Kemampuan me-recall yang kurang baik pada tumbuh kembang ini, karena kurang matangnya kemampuan sensorik, tidak terintegrasinya antara fungsi pendengaran, penglihatan dan rasa,'' tutur dia. Sebetulnya, kemampuan fungsi mendengar anak itu bisa diketahui sedini mungkin. Selain itu, anak sedini mungkin harus sudah mendapat rangsangan. Misalnya, dengan rangsangan suara, kita melihat apakah dengan adanya rangsangan sebelah kiri anak akan menengok ke kiri dan rangsangan sebelah kanan anak akan menengok ke kanan. Setelah berusia sekitar enam minggu, anak sudah mulai memahami bunyi dan mengikuti asal bunyi tersebut dengan jelas. Misalnya, bila dirangsang dengan bunyi, ''kring...kring... kring'', anak akan menengok ke arah bunyi kring tersebut. ''Apabila anak tidak menengok ke arah bunyi 'kring' tersebut kemungkinan ada sesuatu,'' Tahap-tahap perkembangan motorik, akan mendukung perkembangan yang lain. ''Kita tidak boleh bangga dengan kecepatan motorik anak,'' kata terapis wicara IRM RS Bethesda dan RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta ini. Ia lantas mencontohkan, pada usia 10 bulan anak sudah bisa berjalan. Pada umur itu, seharusnya anak masih merangkak. Justru dengan kecepatan motorik kasar seperti itu, , keterampilan motorik, koordinasi motorik terlewati masa konsepsinya.
''Allah itu memberi bekal manusia berbentuk refleks sejak dia lahir. Mulai dari refleks mengisap akhirnya bisa minum susu,''. Refleks mengisap yang dilakukan oleh bibir, lidah, palatum, laring, pernapasan, akhirnya ke perut, itu ternyata dikonsepsi oleh memori gerak tersebut. Beberapa hari kemudian anak mulai sadar, bahwa dia kalau ngenyot tidak haus. ''Makanya reaksi anak dari nangis ngompol dan haus berbeda. Hal itu menunjukkan gerakan itu sudah terkonsepsi dengan baik.'' Selanjutnya, pada usia 3-4 bulan, anak mulai tengkurap dan di tempat tidur dia bisa bebas tengkurap lalu telentang berulang-ulang. Pada masa ini merupakan masa konsepsi gerak dasar. Namun, jika bayi yang tidak pernah diberi kesempatan seperti itu --karena dibiasakan diletakkan di kursi roda terus dan tidak pernah diberi kebebasan untuk tengkurap dan telentang sendiri secara leluasa-- maka gerak bayi ini akan terbatas. Lalu, apa dampaknya? Anak tidak mempunyai konsepsi motorik yang dasar, sehingga tidak bisa menyadari gerakannya harus bagaimana. Dalam perkembangannya, setelah anak bertambah usianya, hal itu akan memengaruhi pada kecerdasan emosi, kecerdasan mental. ''Mungkin nantinya anak secara kecerdasan IQ bagus, tetapi kecerdasan non EQ terhambat,'' tambahnya. Perkembangan gerak anak itu harus dilewati tahap demi tahap. Setelah anak tengkurap, lalu ia bisa mengangkat kepala, kemudian duduk, onggo-onggo, merangkak. merangkak sebagai fase yang istimewa karena sangat kaya. Fase ini, charger di area otak kanan dan kiri. ''Kalau anak melalui fase itu dengan baik, maka konsepsi dari kematangan gerak tersebut (otak kanan, kiri, jembatan otak, otak kecil) akan lebih baik,'' Keadaan yang normal itu, menurut biasanya fase merangkak lebih lama dari fase perkembangan motorik yang lain. Alhasil, ia menyarankan orang tua agar tidak mengkhawatirkan si anak bila pada usia 11 bulan masih merangkak. Yang penting, beri kebebasan anak berkembang sendiri, singkirkan benda-benda yang membahayakan, dan penuhi fasilitas yang mendukung kematangan geraknya. ''Insya Allah begitu mampu merambat, kemudian berdiri sendiri, jalan bisa lancar,'' tutur dia. Tahap-tahap motorik itu merupakan dasar kemampuan motorik-motorik yang lain. Jika keterampilan motorik dasar anak sudah matang, maka motorik lain yang lebih rumit --yaitu untuk bicara-- tinggal sedikit tahapnya. dasarnya tidak dilalui secara berurutan, tidak mungkin akan mencapai ke tahap yang rumit. Itulah sebabnya, sewaktu anak berusia delapan bulan baru mampu ekolalia. Seandainya pun ada rangsangan ''ci luk ba!'', anak hanya akan berkata ''ha-ha''. Sebab, koordinasi motorik artikulasi yang lebih rumit ini belum tercapai dan konsepsi belum sampai. Mengapa? Motorik kasar si anak belum sampai pada tahap itu. Tetapi begitu mencapai usia 10 bulan, dan anak sudah banyak merangkak, begitu ada rangsangan ''ci luk ba!'' ia akan langsung menjawab ''ba!''. Itu berarti ada konsepsi motorik yang sudah matang. Maka, pada usia 12 bulan, anak akan berkata-kata yang sebenarnya seperti papa, mama, dan sebagainya. Karena itu, misalkan pada anak ada keterlambatan bicara karena dari riwayat sektor motorik, maka harus ada program penanganan yang mengikuti tahap-tahap perkembangan itu. Oleh karena itu, stimulasi untuk anak yang mengalami keterlambatan misalnya keterlambatan bicara dikemas agar ia mau melakukan latihan-latihan kematangan motorik. Misalnya, anak diajak bermain kuda-kudaan dan dengan bercanda berkumpul, anak diajak merangkak. Karena itu pula, di dalam stimulasi motorik ada salah satu materi berupa terapi merangkak.
Tonggak Perkembangan dari Usia 2 Bulan sampai 2 tahun

Dua bulan
- Tangan terutama bisa dikepalkan
- Bila berbaring, tengkurap kepala dapat diangkat selama
beberapa detik
- Terkejut mendengar bunyi keras
- Mengikuti dengan mata dan kepala melampaui lengkungan 90 derajat
- Senyum respon
- Mulai bersuara, bunyi huruf hidup
Tiga bulan
- Sesekali tangan dikepalkan
- Mengangkat kepala di atas bidang dan bertahan
- Memegang objek yang ditempatkan di tangan secara singkat
- Memalingkan kepala pada objek
- Senyum dan bersuara bila diajak berbicara
- Melihat tangan sendiri, memandang pada muka orang lain
- Tertawa
Empat bulan
- Bisa mempertahankan kedudukan kepala dengan mantap saat didudukkan
- Menjangkau objek, memegangnya dan membawanya ke mulut
- Memalingkan kepala ke arah bunyi
- Senyum secara spontan
5-6 bulan
- Mengangkat kepala dalam keadaan terbaring
- Berguling dari sikap tengkurap ke terlentang
- Pada posisi tengkurap dapat mengangkat kepala dan dada
- Memindahkan obyek dari tangan yang satu ke tangan yang lain
- Bersuara mengoceh
- Duduk dengan sokongan
- Mencari tahu arah bunyi
7-8 Bulan
- Duduk dalam sikap tripod tanpa sokongan
- Berdiri sebentar dengan sokongan
- Memukulkan atau mengantukkan obyek ke meja
- Menjangkau orang lain
- Memasukkan obyek ke mulut
- Mengucapkan da-da, ba-ba-ba
9-10 bulan
- Duduk tanpa bantuan, mengambil sikap duduk
- Berdiri dengan pegangan
- Melambaikan daag, daag
11-12 bulan
- Berjalan dengan bantuan
- Menggunakan jepitan jari
- Menggunakan 2-3 kata dengan makna
- Dapat merangkak
- Memahami beberapa suruhan sederhana
13-15 Bulan
- Berjalan sendiri, mudah jatuh
- Mengucapkan beberapa kata
- Mencoreng-coreng dengan alat tulis, pensil, kapur
- Menunjuk kepada benda yang diinginkan
18 Bulan
- Memanjat dengan bantuan
- Membangun menara dengan 2-4 balok mainan
- Makan sendiri
- Membuka baju
- Menunjuk pada 2-3 bagian tubuh
- Menggunakan banyak kata yang dapat dipahami
24 Bulan
- Berlari, menaiki, menuruni tangga (dua kaki pada tiap anak tangga)
- Bicara dengan 2-3 kata
- Membalik-balikkan halaman buku
- Membangun menara dengan 4-6 balok mainan
- Menendang bola
- Menggunakan kata ganti: saya, aku, kau, lu

KESIMPULAN
Motorik kasar merupakan gerakan tubuh yang membutuhkan keseimbangan dan koordinasi antar anggota tubuh. Atau dengan kata lain, merupakan gerakan yang menggunakan otot-otot besar, sebagian atau seluruh anggota tubuh. Contohnya adalah berjalan, berlari, melompat, duduk, menendang, memanjat dan sebagainya. Perkembangan motorik kasar tidak hanya dipengaruhi oleh kemampuan fisik, tetapi juga kesiapan psikis si kecil untuk melakukannya, seperti memanjat dan berlari.
Motorik halus adalah gerakan sebagian anggota tubuh tertentu yang menggunakan otot-otot halus. Saraf motorik halus ini dapat dilatih dan dikembangkan melalui kegiatan yang kontinu dan rangsangan yang diberikan untuk si anak Menggambar, bermain puzzle, bermain lilin, menggunting dan menulis merupakan kegiatan yang dapat mengembangkan kemampuan motorik halus si anak
Perkembangan gerak anak itu harus dilewati tahap demi tahap. Setelah anak tengkurap, lalu ia bisa mengangkat kepala, kemudian duduk, onggo-onggo, merangkak.
merangkak sebagai fase yang istimewa karena sangat kaya. Fase ini, charger di area otak kanan dan kiri. ''Kalau anak melalui fase itu dengan baik, maka konsepsi dari kematangan gerak tersebut (otak kanan, kiri, jembatan otak, otak kecil) akan lebih baik,''
Agar si anak bisa mencapai dan melewati perkembangannya dengan normal, perlu diberikan stimulasi yang tepat sesuai usianya.
stimulasi untuk anak yang mengalami keterlambatan misalnya keterlambatan bicara dikemas agar ia mau melakukan latihan-latihan kematangan motorik. Misalnya, anak diajak bermain kuda-kudaan dan dengan bercanda berkumpul, anak diajak merangkak. Karena itu pula, di dalam stimulasi motorik ada salah satu materi berupa terapi merangkak.


Disusun oleh kelompok III dari kelas 3-C

-Dani Ramadhita
-Eman Sulaeman
-Endang
-Handi Marciano
-Ilmanudin

Tidak ada komentar:

Posting Komentar